Getaway Car, start.

ALLUREJM
6 min readNov 27, 2023

Muda, bertalenta dan kaya raya. Tiga kata yang kiranya cukup untuk mendeskripsikan seorang Shane Maverick. Setelah pahit dan manis ia rasakan selama berkecimpung ke dalam dunia hiburan, kini ia mencapai titik tertinggi dari jenjang karirnya.

Setelah world tour terakhir yang dilaksanakan tahun 2019 — sebelum pandemi, Shane akhirnya kembali mengumumkan akan menyapa para penggemarnya dari berbagai penjuru dunia. Dengan kembali melaksanakan world tour di lebih dari 100 kota dan 10 negara, yang akan dimulai dari akhir tahun ini.

Fanbasenya mengalami kenaikan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Bahkan saat merilis album terakhirnya yang berjudul Midnights, banyak fans baru bermunculan. Yang sepertinya baru mencoba ikut terjun ke dalam sepak terjang dunia Shane Maverick.

Lagu-lagu ciptaannya yang relatable dengan anak muda, liriknya yang sangat menusuk namun tidak terdengar menggelikan, serta nada yang dibuat seapik mungkin agar langsung nyantol hanya dengan sekali dengar, adalah salah sekian dari banyaknya alasan orang mulai tertarik untuk mengidolakan seorang Shane Maverick

They said, Shane Maverick is a genius singer and songwriter. Ciri khas Shane yang menulis lirik dengan rime serupa layaknya pantun, membuat lagu-lagunya mempunyai identitas sendiri. Serta kecerdasan Shane yang menggunakan kata ganti yang kurang awam, membuat lirik lagu yang ia ciptakan terdengar lebih indah dan tidak membosankan.

Tapi satu yang orang lupakan, Shane Maverick itu introvert, parah. Jika harus disuruh memilih antara berdiri sendiri di atas stage tempatnya melaksanakan konser dan ditonton dengan puluhan ribu fansnya atau bercengkrama dengan para selebriti yang bermuka dua, Shane tanpa berpikir dua kali akan memilih opsi pertama.

Dibanding harus berbaur dengan puluhan selebriti yang namanya hanya sekadar lewat dalam ingatannya.

Jiwa sosialisasi Shane itu sangat parah, dia akui. Dan sialnya, dari ratusan guest list yang katanya akan menghadiri acara After Party Met Gala malam ini, tak ada satupun teman dekat Shane Maverick memunculkan batang hidungnya.

Shane jadi menciut. Dengan serta merta ia mengambil wine yang disediakan di meja, lalu memilih untuk berjalan ke pojok ruangan. Kalau bisa masuk ke lemari, Shane dengan senang hati akan melakukannya. Kemanapun, asal menghindar dari kerumunan makhluk berkelas itu.

Mau pulang juga rasanya tidak professional, sebab ia adalah artis yang punya reputasi tinggi. Jadi ia tidak sampai hati untuk pergi begitu saja dari acara ini setelah mengiyakan untuk menghadiri.

Setelah menelisik satu persatu meja yang ditata sedemikian rupa, Shane akhirnya menjatuhkan pantatnya pada meja yang letaknya sangat berada di ujung ruangan. Cahaya remang-remang menghiasi sisiannya, kombinasi yang menurut Shane sempurna untuk menyembunyikan eksistensinya

Wine yang tadi menganggur di tangannya akhirnya ia teguk, membiarkan cairan berwarna marun itu lolos ke tenggorokannya. Tak perlu dua kali sesapan untuk Shane tahu bahwa minuman yang ia tandas berasal dari merk ternama.

Matanya kemudian berpendar ke depan, memperhatikan sekumpulan artis papan atas yang terlihat luwes berbincang dengan satu sama lain. Bahkan ada yang Shane tahu kalau aslinya mereka saling mencaci, tapi ketika bertemu malah saling memuji.

Hal tersebut biasa terjadi memang di dunia hiburan. Banyak manusia bermuka dua yang sibuk menjatuhkan satu sama lain di belakang, tapi memuja dengan berlebihan di depan.

Saking khidmatnya Shane memperhatikan sekumpulan tersebut, sampai ia tidak sadar bahwa kursi yang ada di depannya bergeser. Membuat bunyi khas gesekan antara kayu dan lantai bertemu. Membuat Shane akhirnya mengalihkan fokusnya.

Hi, sorry, can i sit here?“ tanya lelaki itu. Suaranya yang berat menyapa gendang telinga Shane dengan sopan.

Kondisi cahaya yang remang membuat Shane menyipitkan matanya demi bisa melihat rupa orang tersebut agar lebih jelas. Satu detik, dua detik berlalu. Sampai akhirnya jawline tajam dan mata bulan sabitnya yang akan muncul ketika tersenyum, membuat Shane akhirnya tersadar.

Shane tahu benar orang ini. Dia adalah salah satu aktor papan atas yang membintangi film-film kelas A. Namanya banyak berwara-wiri di televisi maupun sosial media. Erlan Dallin Harrison, si aktor yang piawai memerankan tokoh apapun.

Shane meneguk ludahnya kasar. Ia tak menampik bahwa jauh di dalam hati kecilnya, ia pernah menaruh kagum pada lelaki ini. Dan sekarang ketika lelaki itu akhirnya bersitatap dengannya, Shane tidak bisa berbuat apapun selain terdiam.

Oh fuck, Shane sangat gugup.

“Hallo? Shane Maverick, right?“

Sial, sial, sial. Orang itu malah bersuara lagi, memastikan kalau pendengaran Shane masih berfungsi dengan memanggilnya.

“Uh.. sorry,“ Shane tersenyum kikuk, ”Sure, please have a seat wherever you like.“

Orang itu mengangguk sopan lalu menampilkan senyumannya lagi. Dua kancing teratas jasnya ia buka sebelum akhirnya duduk.

Erlan membuka kancingnya dengan satu tangan, sebab tangan yang satu lagi digunakan untuk memegang gelas wine. Dan Shane tanpa tahu malu pula, menyaksikan kejadian itu tanpa berkedip.

Shane baru sadar, Erlan tak mengenakan apapun lagi di dalamnya.

Harusnya dari awal Shane sudah menyadarinya, karena ketika jas itu masih terkancing sempurna saja, dada Erlan jelas terlihat kemana-mana tanpa satu helai benang menutupi. Sial memang, mana pipinya jadi memanas lagi.

Congratulations on your world tour, Shane.“ Erlan berujar setelah akhirnya duduk sempurna di hadapan Shane. Maniknya yang bertubrukan langsung dengan manik coklat Shane.

Thank you, congratulations on your new film project too, Erlan.“ balasnya tak mau kalah.

Erlan mengangkat satu alisnya, tak menyangka kalau Shane tahu perihal proyek barunya.

“Kok tau?”

Shane menggendikan bahu terlebih dahulu sebelum memilih menjawab. “Lo aktor kelas A, kalau lo lupa,“ kata Shane, mengingatkan. “Jadi gak ada alasan lain selain berita tentang lo selalu muncul tiap gue buka sosial media, ‘kan?”

Erlan tergelak mendengar jawaban jujur Shane. Lelaki yang ada di hadapannya ini punya sifat yang blak-blakan ternyata. Menarik.

“Berita tentang world tour dan album baru lo juga ada dimana-mana, btw,“ Erlan menimpali, “Not to mention that billboard charts full of your name, and your song, tiap lo rilis album baru.“

Shane tersenyum dibuatnya. Perkataan Erlan membuat Shane sadar kalau namanya sudah sebesar itu. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menempati posisi atas dalam tangga musik setiap ia merilis album baru.

Rasa gugupnya perlahan hilang, ia merasa jadi lebih nyaman berbincang dengan Erlan.

“Lo dengerin lagu gue gak?“ tanya Shane iseng. Erlan mengusap dagunya pelan dan sengaja mengulur waktu untuk menjawab.

“Dengerin gak ya?” jawabnya jahil, yang kemudian dibalas Shane dengan memutar mata. “Ya dengerin lah, gue juga fans lo, tau?“

“Ohiya?“ Mata Shane terlihat berbinar kala jawaban itu terdengar dari bilah Erlan. “Track yang paling lo suka dari album gue apa kalau gitu?“

Vigilante Shit,” jawab Erlan cepat.

“Huh? Gue kira lo bakal jawab Anti Hero,“

Nope, udah biasa kalau itu. Mau tau gak kenapa kalau gue sukanya Vigilante Shit?“

“Kenapa?“

Cause you did amazing in the music video.“

Ingatan Shane perlahan melanglang buana, mengorek ingatannya untuk menampilkan seperti apa rupanya di dalam musik video tersebut. Dan ketika Shane akhirnya ingat jelas, pipinya lagi-lagi memanas. For your information, di dalam musik video Vigilante Shit, Shane mendapat koreo yang lebih berani dari lagu-lagu sebelumnya. Ia juga diminta untuk menampilkan sisi dewasanya, yang mana sangat jarang Shane perlihatkan selama ini.

Sialan, Shane sangat malu. Terlebih fakta kalau alasan si aktor ternama itu menyukai lagunya karena lakonnya di dalam musik video, membuat Shane ingin mengubur dirinya sekarang juga.

Seseorang, tolong selamatkan Shane.

“Merah banget muka lo ken — “

Drrrt… drrrt..

Ucapan Erlan terhenti karena bunyi ponsel Shane menginterupsi. Dengan segera ia melihat siapa yang memanggil, dan bersorak dalam diam kala tahu kalau itu adalah managernya.

“Bentar ya, Lan. Gue angkat telepon dulu,“

Erlan mau tak mau mengangguk — mengiyakan, walau sejatinya ia masih mengobrol dengan Shane. Bahkan raut kekecawaan nampak jelas tergurat di wajah tampannya.

“Hallo? Oh gue masih di sini. Apa? Luna cerewet minta makan? Oke gue pulang. Bisa kok, udah mau selesai juga acaranya. See you in 15 minutes!“

Usai telepon itu terputus, Shane bergegas merapikan barang-barangnya, bersiap pergi cari acara tersebut. Baru saja ia hendak berdiri, Erlan yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan sendu kini menginterupsi.

“Lo udah mau pulang?“ Entah kenapa, Shane dapat menangkap nada kecewa dari pertanyaan Erlan.

Shane menganggukan kepalanya dengan pasti. “Iya nih, Lan. Anak gue rewel mau minta makan. Manager gue penakut, jadi mau gamau gue yang harus ambil alih.“

Erlan mengerutkan alisnya mendengar penuturan Shane, “Gue gatau lo udah punya anak.“

“Anak.. kucing.“

“Oh,“ Erlan bernapas lega. Dengan cepat ia mengambil gawainya dari saku celana lalu menyodorkannya pada Shane.

Shane menerima sodoran itu sebelum akhirnya hampir tersedak kala melihat tampilan layar yang memperlihatkan opsi adding new contact. Si aktor mau bertukar kontak dengannya ternyata.

Let’s have some chit-chat afterwards, please?”

Shane tidak dapat menahan diri untuk mengulum senyum. Dengan cepat jarinya berselancar di atas gawai milik Erlan, lalu mengetikkan sesuatu yang leaki itu pinta. Setelahnya, ia mengembalikkan gawai itu ke pemiliknya lagi.

Will do. Talk to you later, Lan!“ Shane memberinya satu kedipan dan senyuman manis. Lalu kemudian dengan cepat menghilang dari pandangan Erlan.

Erlan masih terpaku di tempatnya, sambil menandangi layar ponselnya yang menyala — menampilkan menu kontak yang terisi nama dan nomor telepon orang yang selama ini diincarnya.

Jatuh cinta nyatanya bisa bikin orang senyum-senyum tidak karuan, seperti orang hilang akal.

Silahkan nonton live performance Taylor Swift — Vigilante Shit buat tau apa yang aku maksud ya guys ^___^ dan bayangin aja kalau yg ngelakuin itu adalah Shane Maverick, hehe..

--

--

No responses yet